Kamis, 11 Agustus 2011

MAKALAH IKAN MUGIL


I.  PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Biologi perikanan di Indonesia merupakan relatif masih baru. Biologi perikanan mencakup biologi ikan, dimana penekanannya terhadap spesies penting sebagai sumberdaya. Biologi perikanan merupakan studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dipanen manusia sehingga dalam pengelolaan harus memperhatikan kelestarian sumberdaya perikanan tersebut sehingga diharapkan dapat membuat rekomendasi dalam pemanfaatan serta perbaikannya.
Pengelolaan sumberdaya yang lebih efektif, tepat dan hasilnya optimum dengan biaya murah  maka harus dapat menciptakan peraturan-peraturan atau alternatif untuk diajukan kepada pemerintah sebagai dasar pengambilan keputusan, peraturan atau alternatif mana yang akan digunakan untuk dilaksanakan dalam melestariakan dan menjaga sumberdaya tersebut. Tujuan yang terkandung dalam biologi perikanan diantaranya merupakan suatu usaha agar orang yang mempelajarinya mengerti dan memahami sumberdaya perikanan serta bagaimana pemanfaatan sumberdaya tersebut secara optimum dan membuat rekomendasi dalam pemanfaatan serta perbaikannya.
Ikan mugil merupakan ikan yang belum banyak dibudidaya dan belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Sehingga perlu dipelajari lebih dalam lagi mengenai biologi ikan mugil. Tujuan pembuatan makalah ini agar pembaca dan masyarakat luas dapat lebih mengetahui biologi ikan mugil lebih jelas.

II. ISI IKAN BELANAK (Liza subviridis)

2.1. Klasifikasi
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Order: Mugiliformes
Family: Mugilidae
Genus : Liza
Spesies : Liza subviridis

Gambar 1. Ikan Belanak (Liza subviridis)

2.2. Deskripsi
Ikan dari suku Mugilidae ini di dunia dikenal sebagai ikan Mullets dan mempunyai banyak nama lokal diantaranya sebagai ikan gadah, bale belana, jumpul, goru, rapang dan gadeh. Biasa hidup mulai dari muara sungai, pelabuhan, dermaga dan pantai. Jarang berada terlalu jauh dari pantai. Merupakan ikan bentopelagik (hidup didasar sampai permukaan air) dan bergerombol dalam jumlah banyak.
Ikan belanak merupakan ikan yang habitatnya berasal dari air laut. Jenis-jenis ikan belanak diperairan pantai Indonesia digolongkan kedalam Genus Mugil (Djuahanda, 1981). Warna : Bagian belakang berwarna kehijau-hijauan atau abu-abu kecoklatan, pada bagian sisi dan perut berwarna keperakan; pinggiran belakang sirip ekor berwarna hitam; pada permulaan sirip dada terdapat spot biru Moolgarda delicatus. Ikan belanak bersisik cycloid atau ctenoid, bisa dengan jari-jari kecil di tepinya atau tidak, ujung rahang atas melengkung ke bawah dan terlihat pada saat mulutnya tertutup.
Famili Mugillidae merupakan ikan yang mempunyai prospek yang paling baik untuk dijadikan ikan budidaya diantara ikan laut dan air payau. Dilihat dari segi pemasaran Ikan belanak banyak disukai masyarakat baik sebagai ikan segar atau sebagai ikan yang telah diawetkan secara tradisional. Ikan ini merupakan ikan yang senang hidup bergerombol dekat pantai dan perairan yang dangkal, mempunyai kebiasaan melompat-lompat untuk menghindari predator. Ikan ini memeliki berat kurang dari 0,5 kg. Habitat ikan Liza subviridis di sekitar pantai yang termasuk payau ikan ini juga dapat hidup diair tawar. Penyebaran ikan belanak, sangat luas (all tropical and temperate seas) meliputi ; Indo-Pacific, laut merah, jepang bagian utara, dan afrika selatan.






2.3. Food Habit

Hasil identifikasi terhadap jenis makanan yang terdapat dalam lambung Liza subviridis ditemukan beberapa jenis alga yaitu Microcystis aeruginosa, Nitzschia seriata, Zygnema pectinatum, dan Closterium parvulum. Ikan ini dapat digolongkan herbivore A yaitu jenis ikan yang memakan bahan tumbuhan yang hidup di air atau di dalam lumpur seperti alga, hifa jamur, alga biru dalam beberapa kasus khusus perutnya berisi sejumlah detritus yang termakan secara tidak sengaja (Firhansyah, 2005).
Belanak suka memakan klekap (lumut) dan bahan organik di dasar muara sungai. Hasil penelitian mengenai isi perut ikan belanak, yaitu dengan cara mengambil isi perut ikan belanak dan diberi formalin 40%, kemudian dianalisa secara visual dan mikroskop. Pengetahuan isi perut ikan berhubungan dengan komposisi pakan yang diberikan bila dibudidayakan di kolam. Komposisi pakan yang baik adalah mengadopsi dengan kebiasaan di alam. Ikan yang biasa memakan serat/ bahan nabati kalau diberi pakan terlalu banyak daging/ bahan hewani tentu berakibat buruk bagi pencernaannya, demikian pula sebaliknya. Hasilnya, di dalam perut ikan belanak terdapat juga pasir, berbagai jenis lumut, berbagai jenis plankton baik fitoplankton maupun zooplankton dan hewan moluska seperti cacing dan sejenis jeroan kece (tiram sungai). Hal ini menandakan ikan ini adalah golongan ikan omnivore dengan kecenderungan herbivore, karena tidak ditemukan daging ikan atau kepiting di dalam perutnya.





2.4. TKG (Tingkat Kematangan Gonad), IKG (Indeks Kematangan Gonad), Fekunditas, Panjang Berat, dan Faktor Kondisi

Ikan belanak jantan dan betina mengalami matang gonad pertama pada ukuran 120 mm dan 140 mm. Histology gonad jantan, pada TKG I ditunjukan dengan adanya spermatogonium, TKG II ditunjukan dengan spermatosit primer yang kemudian berkembang menjadi spermatosit sekunder pada TKG III, pada TKG IV ditunjukan dengan spermatid dan spermatozoa, dan pada TKG V yang merupakan TKG terakhir dalam perkembangan gonad jantan didominasi oleh spermatosit tetapi sudah muncul spermatogonium. Perkembangan gonad ikan betina, pada TKG I gonad didominasi oleh oogonium kemudian diiringi dengan perkembangan oosit pada TKG II. Pada ukuran sel telur terus berkembang membentuk ootid, kemudian ootid berkembang membentuk ovum (TKG IV), pada TKG V gonad didominasi oleh oosit dan ootid.
Ikan belanak yang telah matang gonad memiliki nilai presentase IKG jantan (1,31% dan 1,17%) maupun betina (12,79% dan 9,69%). Fekunditas ikan belanak dari TKG II dan IV berkisar 27.117 – 323.200 butir. Ikan belanak memiliki panjang rata 190 – 230 mm dengan berat kurang dari 0,2 kg (200 g), ukuran tersebut dapat dicapai dengan waktu 3 bulan. Menurut Silva dan de Silva (1981) faktor kondisi ikan belanak di Perairan Negombo, Srilangka mencapai nilai maksimum 1,2 pada jantan dan 1,14 untuk betina.




DAFTAR PUSTAKA

Djuhanda, T. 1981. Dunia ikan. Armico Bandung. 190 halaman.
Firhansyah. 2005. Pola Kebiasaan Makanan (Food Habits) Famili Mugilidae Yang Tertangkap Dengan Pukat Pantai (Beach Seine) di Muara Sungai Hanyar Desa Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan.
Jannah dan Mia Rahmatul. 2001. Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Ikan Belanak Mugil dussumieri di Perairan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur.http://iirc.ipb.ac.id.

Silva and de Silva, 1981. Aspect of biology of Grey Mullet, Mugil dussumieri L., adult population of a Coastal Lagoon Sri Langka. Department of Zoologi. Ruhuna University College. Matara. Sri Langka.
Olá! Se você ainda não assinou, assine nosso RSS feed e receba nossas atualizações por email, ou siga nos no Twitter.
Nome: Email:

0 komentar:

Posting Komentar