Jumat, 17 Juni 2011

"Car Free Day hanya sebatas wacana"

Harus menyikapi bagaimana diri ini dengan keadaan kampus, hingga salah satu teman baikku bilang acara “Car Free Day hanya sebatas wacana”.
Kemarin tanggal 17 juni 2011, kampusku tercinta “sebenarnya berat bibir ini untuk mengatakanya” mengadakan kembali acara car free day. Ini acara kedua yang dibuat dikampusku selama saya kuliah disini, tapi untuk pertama kali saya mengikuti acara ini. Saya tidak ikut serta dalam car free day part I, karena pada waktu itu fakultas saya meliburkan diri
“ya, karena alasan yang tak tau kenapa!!!”.
Mendapatkan jarkom sehari sebelum acara ini dilaksanakan selintas dalam pikiranku. Mengatakan bahwa ini adalah
“Kebijakan yang baik yang dibuat oleh salah satu pejabat tertinggi dikampus ini, dengan berusaha mentiadakan beberapa saat kendaraan bermotor pada pukul 06.00 hingga 10.00 WIB”.
Tetapi kenyataanya!!!
“Semua ini hanya patut di jadikan wacana, yang kertasnya dibuang ketempat sampah yang bau busuk”. Buat kebijakan ko malah ngjatuhin harga diri sendiri, politik apa lagi ini!!!
Benar kata soe hok gie, “semua yang berkaitan dengan politik itu tai kucing!!!” (mulai dari yang teri sampai yang kakap sama-sama tai kucing).
Mulanya saya amat mendukung acara ini, dengan semangat saya berangkat dari kosan tepat jam 08:00 pagi untuk mengikuti kuliah jam 09:00. Ini rentang waktu yang lama untuk saya mencapai kampus jika pergi menggunakan sepeda motor. Tapi, berbeda jika saya berangkat dengan berjalan kaki ke kampus. 1 jam mungkin waktu yang cukup mangantarkan langkahku sampai di kampus, sebenarnya 30 menit juga cukup tetapi sengaja saya sediakan waktu 30 menit untuk menghilangkan letih dan mengeringkan keringat. Semua berjalan sesuai yang saya bayangkan ketika melihat didepan masjid kampus terisi penuh dengan kendaraan sepeda motor dan mobil-mobil yang di parkir. Saya tetap lanjutkan perjalanan dengan ditemani sebotol air mineral (bukan teman maupun pujaan hati). Hingga tidak jauh setelah pintu gerbang kampus, saya bertemu beberapa teman sekelas. Tapi mereka membagi dua, ada kaum mayoritas yang berjalan melewati peternakan dan kaum minoritas yang berjalan melewati jalan utama kampus. Saya putuskan untuk mengikuti kaum minoritas karena beberapa hal, meskipun jalan yang ditempuh lebih jauh. Lingkungan kampus benar-benar berbeda tidak seperti biasa yang ramai akan lalu lalang kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat bahkan dijam kerja biasanya angkot masuk ke dalam kampus, tapi ini benar-benar sepi dan banyak mahasiswa yang berjalan kaki “terasa kampus hijau”.
Semua seperti apa yang saya bayangkan bahkan memberi aura positif dipikiran saya mengenai kampus ini, hingga sedikit kejanggalan muncul dengan banyaknya motor yang diparkir dijurusan tata ruang kota. Hal ini tidak membuat saya curiga. Saya berfikir, mungkin teman-teman datang jam 6 pagi atau sebelum jam 6 “pikiran yang lugu”. Tetapi setelah itu kejanggalan lain munjul, lewatnya mobil hitam dengan plat nomor berwarna merah tepat di depan mataku sedangkan jam masih menunjukan pukul 08:30 “Siapa lagi kalo bukan salah satu pejabat dikampus ini”.
Hahhhhhhhhhhhhh…
Ternyata pejabat ga punya muka plus urat malu yang udah putus, atau pejabat ga punya otak yang ga tau bagaimana cara ngebaca jam. Jelas-jelas diperaturan acara ini sampai jam 10:00 WIB baru jam 08:30 udah lewat mana pake mobil rakyat lagi. Atau jangan-jangan jam yang ditangan pejabat itu bukan jam Waktu Indonesia Barat (WIB) tapi Waktu Indonesia Timur (WIT) yang waktunya 2 jam lebih cepat. Kalo demikian bisalah ditoleransi, tapi cuma orang idiot yang pake jam ga sesuai sama waktu dimana dia tinggal. Belum habis rasa kesalku, salah satu temanku bilang “kalo pejabat tertinggi di kampus kita tadi juga pake mobil ketika meninggalkan kampus”.
Hahhhhhhhhhhhhh…
Semua ini terasa bangun tiba-tiba dari mimpi yang indah tanpa ending yang diharapkan atau bagaikan pujangga yang menunggu kekasihnya yang tak kunjung datang, terlihat biasa tapi membuat kecewa dan sakit hati.
Sudahlah, saya anggap semua itu salah satu penyakit jika seseorang telah memiliki suatu jabatan.
Perjalanan kami lanjutkan, dan kembali keanehan benar-benar terlihat, dipertigaan rektorat dan teknik elektro ada beberapa lalu lalang mobil dan sepeda motor. Kalo yang ini buka pejabat atau dosen, melainkan mahasiswa yang mungkin sudah terkena salah satu penyakit para idolanya yang saya sebutkan tadi. Lebih parahnya lagi ketika sampai area fakultas tujuan saya, saya melihat lalu lalang kendaraan bermotor yang semakin banyak, dan lebih banyak lagi yang telah di parkir campurlah punya dosen ada mahasiswa juga banyak. Semua ini seperti pemandangan biasa ngga ada spesialnya car free day dengan hari-hari biasa.
Pikiran saya ya sesuai pepatah “buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya”
Atasnya begitu ya bawahnya juga ikut, gemana Negara ini ga makin  ancur kalo pejabat yang masih ecek-ecek dan mahasiswa yang belum ada apa-apanya udah punya penyakit layaknya pejabat-pajabat kelas kakap yang ga patut dicontoh.
Bikin kebijakan ya sebaiknya dipikir dulu, kalo ngerasa ga bisa ngjalaninnya mending ga usah bikin kebijakan yang berlebihan atau seandainya bikin kebijakan ga usah ikut berpartisipasi. Biar penyakit busuknya ga ketauan.

Olá! Se você ainda não assinou, assine nosso RSS feed e receba nossas atualizações por email, ou siga nos no Twitter.
Nome: Email:

0 komentar:

Posting Komentar