Warna - Warni Ikan Hias
30 November 2008
Sarana pelepas stress dan penambah keindahan ruangan. Bisa pula mendatangkan uang.
PEMANDANGAN
indah pastilah menyenangkan hati. Dan banyak orang rela melakukan apa
saja demi memperoleh kepuasan hati tersebut. Maka, tidaklah heran
menyaksikan warga Jakarta rela bermacet-macet ria menuju Puncak, Bogor
setiap akhir pekan. Yang lain tak segan merogoh kocek buat terbang ke
Bali atau Danau Toba. Sementara, ada yang tak pikir panjang
mengeluarkan duit lebih banyak lagi untuk menyelam (diving) atau
snorkeling demi bisa menikmati keindahan bawah laut di Kepulauan
Seribu, Bunaken, atau Derawan.
Tapi, “Itu kan bagi yang punya
uang berlimpah…!”, sergah sebagian orang. Bagi yang keuangannya
pas-pasan, semua kegiatan di atas cuma mimpi. Atau, untuk orang yang
tak mudah menyisihkan waktu luang akibat pekerjaannya, bertamasya
seperti itu adalah barang langka. Jadi, bagaimana dong ?
Ada
nasihat yang amat sederhana tapi manjur. Kenapa tidak memelihara ikan
hias saja ? Inilah hewan yang punya jasa tak kalah besar dibanding
hewan-hewan lain dalam kehidupan manusia. Ikan hias (ornamental fish)
memang tak seperti sapi, misalnya, yang tenaga dan dagingnya bisa
dimanfaatkan. Juga tak serupa anjing penjaga, yang melindungi keamanan
tuannya.
Ikan hias berjasa karena penampilannya yang beraneka
ragam, yang mengundang decak kagum siapa pun yang melihat. Ikan hias
menghibur kanak-kanak hingga orang tua. Tak percaya, lihat saja
perangai putra-putri kita jika menyaksikan ikan hias di akuarium Taman
Mini, atau Sea World. Mata mereka bisa berbinar-binar melihat sang ikan
berlenggak-lenggok memamerkan warnanya, atau yang gagah dan lincah
bersliweran ke sana ke mari.
Tidak
salah jika banyak yang menyebut bahwa memelihara ikan hias merupakan
sarana untuk menghibur mata, sekaligus pengobat stres. Orang tua yang
baru pulang kerja dan merasa lelah akan berkurang bebannya dengan
menikmati pemandangan ikan hias di akuarium. Seorang dosen di Bogor
pernah bercerita kebiasaannya bangun tengah malam dan bertahajud,
mengaji, lalu duduk di sudut ruang tamu yang gelap, memperhatikan
ikan-ikannya berenang gembira di antara temaram lampu ultra violet.
Suasananya begitu eksotis dan membikin hati makin dekat kepada Tuhan.
Tawar dan Laut
Ikan
hias yang dipelihara orang kebanyakan adalah berasal dari perairan
tawar. Dengan perairan yang amat luas, Indonesia dikenal memiliki
keanekaragaman jenis ikan hias yang amat tinggi. Jenis-jenis ikan ini
diperoleh dari lingkungan sungai atau danau. Dari sekian ratus jenis
itu, sebagian dijajakan dari hasil budidaya
manusia. Namun masih ada sebagian kecil yang hingga kini belum dapat
atau sulit dibudidayakan, sehingga penjualannya semata-mata
mengandalkan penangkapan dari alam.
Salah satu contohnya adalah ikan Botia (Botia macracantha) atau disebut sebagai Clown Loach.
Inilah ikan yang bentuknya bak pesawat tempur dengan sirip ekor tebal
dan dua ujungnya lancip. Warnanya oranye dengan ujung kemerahan dengan
tiga garis hitam membujur di tubuh. Botia diminati oleh konsumen di
mancanegara. Jika mengandalkan penangkapan semata, lama-kelamaan ikan
asal Sumatera ini akan habis.
Sementara ada pula ikan hias asal
laut atau karang. Menurut catatan, terdapat 280 jenis ikan karang yang
kini diperdagangkan, dengan orientasi ekspor ke negara tujuan Eropa dan
Amerika. Sama halnya dengan ikan hias tawar,
ada banyak jenis hias yang masih mengandalkan penangkapan dari alam,
sehingga kelestariannya amat mencemaskan. Selain itu, keberadaan
terumbu karang sebagai tempat hidupnya juga terancam. Di Lombok,
beberapa jenis ikan hias karang hilang, dari semula 26 jenis menjadi
tinggal 7-8 jenis, akibat pengrusakan terumbu karang yang luar biasa
demi dimanfaatkan sebagai kapur untuk bahan bangunan.
Ikan hias
laut sejatinya memiliki corak dan warna yang lebih mengagumkan dari
yang tawar. Hanya, karena lingkungan laut lebih sulit dikelola oleh
para hobiis, terutama kalangan awam, mereka akhirnya lebih memilih
memelihara ikan hias tawar. Penyediaan air laut juga tidak semudah
air tawar, dan harus dibeli di toko-toko tertentu. Keunggulan lain dari
ikan hias laut adalah lingkungan karang yang biasa disertakan untuk
dipelihara. Untuk bisa memelihara ikan hias laut dalam akuarium,
dibutuhkan sedikit pengetahuan tambahan.
Neon dan Segitiga
Ikan hias biasanya menarik karena corak warnanya yang amat indah. Contoh sederhana adalah ikan air tawar Neon Tetra (Hypessobrycon innesi),
yang memiliki tubuh kecil langsing dengan merah darah di bagian bawah
dan hitam di punggung. Penanda utamanya adalah garis neon biru di
antara dua warna tersebut. Warna yang mengandung fosfor ini akan tampak
amat eksotik di malam hari ketika ruangan gelap dan akuarium hanya
diterangi lampu ultra violet. Yang terlihat di mata adalah sekelebat
sinar biru-ungu berlalu-lalang ke sana-ke mari. Ikan ini --dan
jenis-jenis tetra pada umumnya—termasuk ikan hias berharga lumayan. Di
tingkat eceran lokal, tetra dihargai Rp 200 sampai Rp 500 per ekor.
Untuk ekspor lebih mahal, mencapai Rp 5.000 per ekor.
|
Gambar 1. Ikan neon tetra |
Ada pula ikan hias yang dikenal karena keunikan bentuk dan ukurannya. Manvis (Pterophyllum scalarae) digemari karena bentuk tubuh segitiga dengan sirip bak selendang lembut melambai-lambai. Atau Mas Koki (Carassius auratus)
yang mirip ikan mas tetapi buntek dan mata menonjol. Melihat gerak ikan
lucu ini berenang akan menimbulkan senyum semua orang.
|
Gambar 2. Ikan manvis |
Yang punya warna dan bentuk menarik lainnya adalah Gupi (Poecilia reticulata).
Ikan ini sesungguhnya merupakan pengembangan dari ikan seribu yang
biasa kita lihat di parit atau perairan tawar terbuka lainnya. Corak
Gupi yang mirip pelangi dengan sirip yang panjang serta tubuh gendut
bakal membuat orang jatuh hati dan ingin memeliharanya.
|
Gambar 3. Ikan guppy |
Ikan Mitos
Sementara
sejumlah ikan hias punya kekhasan di corak dan ukuran, sifat, serta
mitos yang mengiringinya. Khusus faktor yang terakhir ini bisa
menjadikan harga seekor ikan selangit. Katakanlah Arwana (Sclerophages formosus),
yang terdiri dari berbagai warna. Ada yang merah menyala, keemasan,
sampai yang perak. Arwana dipercaya sebagian kalangan (khususnya
Tionghoa) sebagai ikan pembawa hoki (keberuntungan). Maka, ehm.., jika
anda melihat ada Arwana di ruang tamu rumah pejabat atau pengusaha,
harap maklum. Mereka mungkin menikmati dua keuntungan, pemandangan yang
indah dan hoki yang diharapkan rajin mendekati diri mereka. Harganya
mahal dan lumayan stabil hingga kini. Arwana super red, umpamanya,
untuk pasar lokal berkisar Rp 4 juta per ekor, sedangkan untuk ekspor
bisa mencapai Rp 8 juta per ekor.
|
Gambar 4. Ikan arwana |
Jenis ikan yang juga dipercaya membawa keberuntungan adalah Diskus (Symphysodon discus).
Inilah ikan bertubuh pipih-bundar bermata merah dan corak warna yang
mengagumkan. Harganya sempat mencapai jutaan. Sampai kini, Diskus tetap
menjadi ikan yang tak sembarang orang bisa membiakkannya.
|
Gambar 5. Ikan discus |
Dan
belakangan, semua tentu mengenal populernya ikan Lou Han, yang kabarnya
adalah persilangan (hibrid) dari antargenus Amphilopus atau Cichlasoma.
Sama seperti Arwana, ikan mirip mujair ini unik karena jidatnya yang
menonjol (nongnong). Karena merupakan hibrid, banyak yang menyebutnya
dengan nama Franken-Fish (plesetan dari cerita Dr. Frankenstein yang
membuat gabungan mayat hidup dan robot).
|
Gambar 6. Ikan lau-han |
Lou Han juga
dipercaya membawa keberuntungan lewat corak di tubuhnya yang disebut
rajah. Jika diperhatikan, rajah ini memang terkadang membentuk
kata-kata tertentu dalam bahasa Cina. Tentu, yang punya rajah dengan
arti bagus harganya melambung, bahkan ada yang dibandrol hingga Rp 1
milyar. Sementara, ada Lou Hanyang rajahnya secara kebetulan membentuk
huruf arab bertuliskan “Allah”. Konon, ini dihargai ratusan juta
rupiah. Kaget? Begitulah keadaannya.
Oscar, Pasangan Setia
Ikan hias bukan saja menghibur, tapi memberi manusia pelajaran soal kehidupan. Simaklah sifat ikan Oscar (Astronotus ocellatus).
Ikan berbodi gagah mirip nila dengan warna dominan hitam, coklat dan
garis atau bercak oranye ini dikenal sebagai ikan cerdas karena
’mengenal’ majikannya. Jika ia melihat sang tuan pulang kantor, ikan
ini langsung bergerak mendekati kaca akuarium dan mendekatkan mulutnya
di kaca, seolah mengucapkan, “Halo Tuan, capek ya?”. Atau, ia akan
ber”tawaf” keliling akuarium, seolah menunjukkan kegembiraan ketika si
pemilik pulang. Malah, Oscar bisa bereaksi terhadap musik yang
didengarnya.
|
Gambar 7. Ikan Oscar |
Tetapi yang lebih unik, Oscar adalah ikan yang anti
bergonta-ganti pasangan alias sangat setia. Sekali mendapat pasangan
hidup, Oscar takkan pernah ”pindah ke lain hati”. Saking setianya, jika
salah satu pasangan ini mati, pasangan yang tinggal takkan pernah mau
dijodohkan dengan ikan Oscar yang baru. Ia akan menduda/menjanda,
sampai mati! Bisa jadi kaum ibu akan senang dan menganjurkan suaminya
memelihara Oscar, sebagai pelipur lara di kala capek sekaligus
“pengingat” akan kesetiaan rumah tangga.
Tukang Adu Jotos
Ini
dia ikan yang kerjanya suka bertarung. Orang kita menyebutnya Cupang.
Sebenarnya, terdapat dua jenis cupang yang suka membingungkan, yakni
adalah cupang jenis Trichopsis atau Ctenops vittatus dan jenis Betta splendens.
Yang pertama lebih sering dijuluki sebagai “Cupang Sawah” dengan badan
langsing pipih, sirip-sirip yang lebar jika dikembangkan, dan
bintik-bintik warna eksotik di badannya. Tapi secara umum ikan ini
suka damai, dan tidak masalah jika bergabung dengan ikan lain dalam
satu akuarium.
|
Gambar 8. Ikan cupang |
Amat bertolak belakang dengan Betta, yang
dijuluki ikan Laga atau Cupang Siam. Warnanya lebih cantik dengan
slayer (selendang sirip) yang panjang. Yang jantan biasanya lebih
menarik dari betina. Penggemar dalam dan luar negeri memelihara ikan
ini karena hobinya adu jotos dengan ikan sejenis jika dipertemukan.
Keruan saja, kebiasaan ini dimanfaatkan para penggemar judi dan “sabung
ikan”. Di Indonesia, arena adu cupang dan judi banyak terdapat di
kota-kota hingga pelosok. Harga ikan yang menang melambung tinggi.
Terlebih budidayanya tergolong tidak terlalu sulit.
Akuarium
Memelihara
ikan hias dapat dilakukan dengan menggunakan kolam atau bak. Beberapa
jenis ikan cocok jika dengan tempat seperti itu, contohnya ikan Koi.
Namun kebanyakan pemeliharaan ikan hias mempergunakan wadah kaca yang
transparan sehingga orang bisa menikmati dengan jelas warna-warni dan
gerak ikan.
|
Gambar 9. Ikan koi |
Untuk hal ini, penggemar ikan hias boleh berterima
kasih kepada Philip Henry Gosse, seorang naturalis asal Inggris. Pada
tahun 1853. ialah yang dikabarkan pertama kali menggunakan bejana dari
kaca dan memindahkan sebagian kecil pemandangan bawah laut, lengkap
dengan ikan-ikannya. Tetapi sebagian orang menyebutkan ide Henry Gosse
itu sudah ada sejak jaman Mesir kuno, 2000 tahun sebelum Masehi.
Masyarakat di masa itu sudah mampu membuat gelas dari kaca. Diduga,
mereka telah biasa menaruh ikan di dalam botol gelas/kaca yang mereka
bikin.
Bejana kaca tempat hidup ikan hias itu kemudian populer
disebut akuarium (berasal dari kata aqua=air dan rium=ruang) yang
artinya kira-kira adalah ruang tempat memelihara makhluk dengan air
sebagai media hidupnya. Yang jelas, sejak kreasi Gosse itu,
penggunaan akuarium populer di Eropa dan Amerika, apalagi dengan
didirikannya akuarium-akuarium publik di beberapa negara. Perkembangan
ini semakin pesat seiring dimulainya ekspor-impor ikan hias sejak
pertengahan abad ke-19. Tahun 1980, jurnal akuarium pertama berdiri di
Jerman, menyusul di Inggris dan negara Eropa lainnya.
Di
Indonesia, hobi ikan hias dikembangkan oleh orang Belanda saat masa
kolonial dulu. Tahun 1922 berdiri Laboratorium Voor Het Ondezoek di
Sunda Kelapa. Pada saat yang sama, didirikan pula akuarium laut untuk
publik yang pertama di Indonesia.
Jenis dan ukuran akuarium
untuk memelihara ikan hias amat beragam, tergantung besar tempat yang
diinginkan. Semakin besar akuarium, umumnya semakin tebal pula kaca
yang diperlukan. Khusus akuarium ikan hias laut, biasanya selain lebih
tebal, perangkat pendukungnya juga lebih rumit. Itu ditambah dengan
keberadaan hewan karang yang biasanya juga dipelihara.
Selain
itu, jenis dan bentuk ikan yang akan dipelihara turut mempengaruhi
bentuk akuarium. Ikan Koki dan Gupi, misalnya, akan lebih menarik jika
ditempatkan dalam akurium berbentuk bulat atau tinggi. Dengan demikian,
gerak lucunya dapat terus dinikmati, mengingat ikan secara teratur akan
menggapai permukaan untuk mengambil oksigen.
|
Gambar 10. Ikan koki |
Sementara ikan
jenis tetra, ikan Sumatera (Puntius tetrazona), atau Rainbow
(Melanotaenia sp) yang suka bergerak cepat tentu akan tersiksa jika
ditempatkan di akuarium seperti Koki dan Gupi. Untuk jenis ikan-ikan
seperti ini, akuarium yang luas dan memanjang adalah yang paling
tepat. Bagi beberapa jenis tertentu, akuarium harus disediakan luas
dan hanya boleh diisi oleh satu atau dua ikan saja, seperti Diskus,
Arwana, dan Oscar.
|
Gambar 11. Ikan sumatra |
Untuk mendapatkan akuarium, kita bisa
dengan mudah membeli sesuai selera di toko-toko kaca atau penjual ikan
hias. Harganya bervariasi, dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Yang
sederhana adalah akuarium kosong, dengan merekatkan lima keping kaca
dengan lem silikon. Harga lebih mahal biasanya dipatok karena faktor
tebal akuarium dan perlengkapan serta asesori yang menyertainya,
misalnya penutup dari kayu jati, meja akuarium, perangkat lengkap
aerator atau sirkulator untuk menjaga kualitas air, dan dekorasi dalam
akuarium yang siap pakai.
Bagi yang kocek terbatas, jangan
khawatir. Akuarium bisa dengan mudah dibuat, asal tahu caranya. Kita
tinggal membeli kaca di toko dengan ukuran tertentu sesuai selera.
Yang penting, pastikan kelima keping kaca dapat tertempel pas, yakni
dengan mengurangi beberapa sisi kaca sebesar 2 x tebal kaca yang
dipakai. Lem silikon dapat dibeli dengan berbagai ukuran di toko yang
sama. Kemudian, pasang dengan hati-hati dengan memasang lem terlebih
dahulu. Tiap sisi yang sudah direkatkan dikuatkan sementara dengan
selotip. Paling bagus adalah jika melakukannya dekat dinding, sehingga
diperoleh akuarium yang rata tingginya. Jika beres, tinggal tunggu
kering dan menguji kebocoran dengan mengisi akuarium. Apabila masih
terdapat kebocoran, segera tambal secara rapi dan seksama dengan lem
silikon.
Ladang Duit
Ikan
hias ternyata bukan cuma untuk hiburan mata dan hobi semata. Dari
kegiatan membudidayakan atau membesarkan ikan hias, ladang duit
terhampar di depan meta. Lebih-lebih, permintaan ikan hias di seluruh
dunia cenderung meningkat tiap tahun, terutama di negeri-negeri empat
musim.
Tahun 2002, masyarakat Amerika Serikat membelanjakan
uangnya sebesar US$3,8 miliar untuk membeli hewan peliharaan termasuk
aneka keperluannya. Dari jumlah itu 31%-nya atau US$1,2 miliar
dibelanjakan untuk ikan hias beserta asesorisnya.
Menurut
ATLAS ikan hias Amerika Serikat tahun 2003 karangan Wanren dan Helbert,
saat ini tercatat hampir 8.000 jenis ikan hias di dunia yang
diperdagangkan atau meningkat enam kali lipat dalam masa 30 tahun sejak
tahun 1970.
Logikanya, dengan fakta itu Indonesia memiliki
kesempatan besar mengingat melimpahnya kekayaan ikan hias yang ada.
Tetapi faktanya, ikan hias yang diperdagangkan oleh Indonesia ternyata
baru mencapai 200 jenis. Padahal, LIPI pernah meneliti dan memperoleh
hasil bahwa dari habitatnya, ikan hias Indonesia itu bisa mencapai
4.500 jenis.
Maka, kesempatan menangguk untung ganda dari ikan
hias amat terbuka. Bayangkan, sudahlah terhibur dan terhindar dari
stres, eh, dapat uang pula. Tentu, asal punya kemauan dan kerja keras.
(dari berbagai sumber)
======
MEMULAI MEMELIHARA IKAN HIAS
Ini bukan tips baku, tapi dapat coba dipraktikkan, dengan terus berupaya mencari informasi dari berbagai pihak.
1.
Pertama kali, tentu tetapkan dahulu, anda ingin memelihara sebagai
hobiis atau untuk usaha. Sebagai tahap awal, mari menjadikannya sebagai
hobi. Tak kenal maka tak sayang, bukan?
2. Tentukan ikan hias
yang akan dipelihara. Tawar atau laut? Banyak buku tentang ikan hias
disediakan di pasaran, juga internet. Untuk kelas menengah-bawah, ada
baiknya memelihara ikan yang mudah dirawat dan harga terjangkau. Jenis
ikan hias tawar seperti Koki, Tetra, Barbir, Plati, Sepat, dan Zebra
rasanya sudah memadai.
|
Gambar 12. Ikan barbir |
3. Harap diingat, sifat ikan
berbeda-beda. Ada yang pendamai, tapi ada yang agresif seperti ikan
Sumatera. Pisahkan ikan agresif ini, karena mereka bisa mencabik-cabik
sirip ikan yang kalem.
4. Ikan dapat dibeli di toko-toko
penjual ikan hias. Pilih yang badannya sehat, yang dapat diperkirakan
dari bentuk tubuh yang padat, sirip lengkap dan tidak rusak, serta
kulit mulus. Ikan yang rawan penyakit umumnya dijumpai di
penjual-penjual yang tidak memiliki tempat khusus.
5. Beli
atau buat akuarium. Bila memilih yang kedua, perhatikan ketebalan
kaca, ada rumus tertentu antara panjang, lebar, dan tinggi akuarium
dengan tebal kaca. Biasanya, ukuran di bawah 100 sentimeter menggunakan
kaca dengan tebal 3 hingga 5 sentimeter.
6. Ikan sama
seperti manusia, butuh udara. Amat baik jika akuarium dilengkapi dengan
sirkulator yang banyak dijual. Dengan ini, anda tidak perlu
membersihkan akuarium tiap hari. Yang lebih murah adalah aerator, yang
khusus mensuplai udara dari luar ke dalam akuarium. Anda yang kreatif
bisa membuat akuarium dengan sistem “double bottom” sebagai sarana
mensirkulasikan air sehingga tahan lama kualitasnya. Tambahkan arang
aktif (zeolit) sebagai penyerap racun, bila perlu.
7. Tak ada
salahnya kalau akuarium dihias dengan batuan atau koral. Di toko banyak
disediakan, cuma harus diperhatikan bahwa koral yang sudah diwarnai
sebaiknya direndam dahulu agar bahan kimianya tidak membahayakan ikan.
8.
Tanaman air hidup juga banyak terdapat di toko atau di alam. Bedanya,
di toko biasanya tanaman sudah lebh dahulu dibersihkan. Jika mengambil
dari alam, pastikan untuk dicuci dahulu dan tidak ada hewan yang
menempel yang dikhawatirkan merugikan ikan. Jenis seperti Hydrilla
cocok untuk menambah suplai oksigen dalam akuarium. Tapi jangan terlalu
banyak, karena di malam hari malah tanaman ini akan menyerap oksigen.
9.
Unsur paling penting tentu saja air. Usahakan menggunakan air tanah
yang telah diaerasi setidaknya 24 jam. Hindari menggunakan air PAM
secara langsung. Untuk ikan hias laut/karang, air bisa dibeli di
toko-toko ikan hias. Biasanya air laut dijual per jerigen.
10.
Mengganti air bisa dilakukan berkala, tergantung seberapa lama
kualitasnya bertahan. Cara yang paling bagus adalah dengan sifon
(selang diameter kecil). Kurangi air dua pertiganya dengan sifon,
sambil menyedot kotoran yang ada. Setelah itu, isikan air lewat
selang/sifon hingga ketinggian semula.
11. Perhatikan pakan
ikan. Ada ikan yang membutuhkan pakan hidup segar seperti udang kecil,
cacing rambut, atau jangkrik. Ada yang cukup dengan pakan segar beku
seperti cacing beku. Di pasaran semua itu tersedia. Ada pula yang
berbentuk pellet dalam kemasan. Konsultasikan ke penjual ikan hias.
12. Untuk menambah indah akuarium, beri pencahayaan yang sesuai.
13.
Hama dan penyakit adalah hal yang paling sering mengancam. Untuk
memahami ciri-ciri dan cara mengatasinya memang butuh pengetahuan
sedikit mendalam. Namun biasanya berkisar pada perilaku ikan yang
enggan makan, sirip layu, suka menggantung di bawah permukaan air. Ada
pula yang tampak jelas dijangkiti parasit bintik putih
(Ichthyopthirius), kutu air, dan ektoparasit lain. Terdapat beberapa
jenis cairan yang bisa dipakai untuk mengatasinya.
14. Ada
juga masalah akibat kualitas lingkungan jelek seperti kurangnya
oksigen, tingginya racun akibat sisa pakan, salah makan, perubahan
temparatur, dan lain-lain. Konsultasikan hal-hal mengenai gangguan pada
ikan ini dengan toko tempat anda membeli ikan.