Kamis, 19 Mei 2011

Mandalawangi-Pangrango

Sendja ini, ketika matahari turun
ke dalam jurang-jurang mu
aku datang kembali
ke dalam ribaanmu, dalam sepimu
dalam dinginmu


walaupun setiap orang berbicara
tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku
aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintaku dan cintamu adalah kebisuan semesta
malam itu ketika dingin dan kebisuan
menyelimuti Mandalawangi
kau datang kembali
dan bicara padaku tentang kehampaan semua
“hidup adalah soal keberanian,
menghadapi yang tanda tanya
tanpa kita bisa mengerti, tanpa bisa kita menawar
terimalah, dan hadapilah”
dan antara ransel-ransel kosong
dan api unggun yang membara
aku terima itu semua
melampaui batas-batas hutanmu,
melampaui batas-batas jurangmu
aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup

Djakarta, 19-7-1966
Soe Hok Gie
Minggu, 01 Mei 2011

Paper Histologi Sistem Pernafasan dan Hati Ikan


Pendahuluan
Histologi berasal dari bahasa Latin yaitu histo dan logos yang memiliki arti jaringan dan ilmu. Sehingga histologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur jaringan sehat pada suatu organisme. Sedangkan ilmu yang mempelajari struktur jaringan abnormal atau rusak pada suatu organisme disebut histopathologi. Jaringan merupakan sekumpulan sel yang bentuk dan fungsinya sama. Jenis – jenis jaringan dasar adalah jaringan epithel, otot, tulang, darah, syaraf, lemak dan jaringan ikat.
Perkembangan zaman yang semakin pesat mengantarkan histologi kedalam ilmu perikanan. Histologi amat berperan dalam dunia perikanan, karena dapat membandingkan dengan tepat ikan yang sehat atau sakit melalui jaringan – jaringan ikan tersebut. Hal tersebut sangat membantu sektor perikanan yang kini terlalu mengeksploitasi lingkungan untuk kegiatan budidaya. Eksploitasi yang berlebihan tersebut menyebabkan munculnya bakteri dan virus yang dapat menyerang organisme budidaya, sehingga menurunkan hasil produksi. Peran histologi dan histopathologi disini menjadi sentral, karena dengan metode kerja ilmu ini dapat melihat kedalam struktur jaringan yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Sehingga dengan ilmu ini dapat menyimpulkan bakteri atau virus yang menyerang biota budidaya dan megetahui solusi untuk penyembuhannya. Analisa histopatologi dapat digunakan sebagai biomarker untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan melalui perubahan struktur yang terjadi pada organ-organ yang menjadi sasaran utama dari bahan pencemar seperti insang, hati, ginjal dan sebagainya (Dutta, 1996 dalam Alifia dan Iqbal, 2000).
             Palar (1994) dalam Alifia dan Iqbal 2000, menyatakan dampak lain dari kepentingan manusia yaitu pencemaran lingkungan perairan essensial dan nonessensial yang dapat terjadi pada badan air dalam lingkungan perairan. Hasil pencemaran yang paling berbahaya untuk ikan adalah logam berat di atas ambang batas pada perairan. Adanya logam berat diperairan akan secara langsung mempengaruhi kesehatan ikan terutama pada insang. Karena ikan selalu melakukan kontak langsung dengan air melalui insang pada saat respirasi. Setelah itu, organ – organ lain juga akan ikut mengalami kerusakan.
Histologi Sistem Pernafasan Ikan
Sistem pernafasan ikan terdiri dari organ yang mengikat oksigen dan mengeluarkan buangan karbondioksida hasil respirasi. Organ tersebut adalah insang dan struktur yang berhubungan dengan insang seperti pembuluh darah, sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida. Letak insang berada di dua sisi tubuh ikan bagian depan, yang terdiri dari gill filament terstruktur dan permukaan yang luas untuk menyerap oksigen. Pergantian oksigen dengan karbondioksida terjadi pada pembuluh darah dalam gill filament yang menempel pada gill arch.
Gambar 1. Sistem pernafasan ikan, jaringan pembuluh darah dalam insang akan menangkap oksigen dan melepaskan karbondioksida  (Sumber; Harpeni, 2011)
Proses pernafasan pada ikan dimulai dari ikan membuka mulut dan menutup operculumnya sedemikian rupa sehingga air yang kaya oksigen dapat terdorong ke dalam mulut dan melewati insang. Jaringan pembuluh darah dalam insang akan menangkap oksigen dan melepaskan karbondioksida dan buangan respirasi lainnya. Terakhir ikan akan menutup melutnya dan membuka operculum untuk mengalirkan air yang telah melalui insang (Harpeni, 2011).
Insang merupakan organ yang paling sering terkena patogen. Hal ini dikarenakan insang merupakan organ dalam yang paling sering kontak langsung dengan air dibandingkan dengan organ dalam lainnya. Patogen dapat dengan mudah masuk ketika ikan sedang berespirasi, karena pada saat respirasi mulut ikan akan terbuka sehingga air masuk kedalam mulut kemudian keluar lagi melalui insang. Berikut merupakan contoh ikan yang terkena pathogen pada insang.
 
Gambar 2. Kondisi histologi insang rusak karena patogen Epitheliocystis (kiri) dan Amoebic gill disease (kanan) (Sumber: Harpeni, 2011).
            Berdasarkan hasil penelitian Alifia dan Iqbal (2000), bahwa kerusakan lamella insang terjadi sejalan dengan semakin tingginya konsentrasi logam timbal (Pb). Kerusakan yang terjadi menyebabkan system respirasi ikan terhambat dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan. Selain itu, pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan hati dan pangkreas menjadi rusak. Kondisi histologi insang dengan konsentrasi 0,05 ppm menunjukan terjadinya pembesaran epitel lamella. Hal ini dikarenakan hipertropit akibat akumulasi konsentrasi Pb yang terikat pada epitel.
Gambar 3. Kondisi histologi kerusakan epitelium pada insang juvenil ikan bandeng (Chanos chanos) dengan konsentrasi logam timbal 0,05 ppm (Sumber: Alifia dan Iqbal, 2000).
            Kerusakan semakin berkembang ketika konsentrasi Pb meningkat. Hiperplasia terjadi ketika konsentrasi Pb 0,1 ppm dan hilangnya fungsi epitel ketika konsentrasi 0,15 ppm. Hal tersebut dapat terjadi karena necrosis pada lamella sekunder yang ditandai dengan terbentuknya jaringan baru berupa jaringan ikat. Jaringan ikat adalah jaringan yang membentuk funsi mekanik antara tulang rawan dan tulang keras (Irianto, 2005).
                    
Gambar 4.  Kondisi histologi kerusakan epitelium dengan konsentrasi logam timbal 0,1 ppm dan kondisi histologi terbentuknya jaringan ikat pada insang juvenil ikan bandeng (Chanos chanos) dengan konsentrasi logam timbal 0,15 ppm (Sumber: Alifia dan Iqbal, 2000).
Histologi Hati Ikan
Subandiyono dan Sri H. (2010), menyatakan bahwa hati mampu mensintesis atau menyimpan nutrient yang terserap, memproduksi cairan empedu, dan sebagai pembuangan beberapa produk limbah dari darah. Bedasarkan fungsinya tersebut, hati merupakan organ yang paling banyak mengakumulasi zat toksik yang  masuk dalam tubuh sehingga dapat dengan mudah terkena efek toksik. Adanya zat toksik dalam hati maka dapat mempengaruhi struktur histologi hati. Penelitian histopatologi hati pernah dilakukan oleh Hidayati (2009) dengan hasil menunjukan ikan bandeng yang dipelihara dalam air yang mengandung lumpur siduarjo mengalami pembengkakan sel dan kehilangan integritas pembuluh darah kapiler (sinusoid).
            Berdasarkan hasil penelitian Setyowati dkk (2010) di lokasi lumpur Siduarjo mendapatkan hasil, Ikan belanak (Mugil sp) mengalami kerusakan bridging necrosis, fokal nekrosis, degenerasi intralobular, peradangan, dan pembengkakan bagian portal.
 
Gambar 5.   Kondisi histologi hati normal ikan nila (Oreochromis niloticus) (kiri) dan kondisi histologi hati ikan Mugil cephalus menunjukan bridging necrosis (BD) dan central yein (CV) pembesaran 100x (Sumber: Setyowati dkk, 2010).
Kesimpulan
Organ pada ikan yang mudah terserang patogen atau mudah rusak karena lingkungan yang buruk adalah organ insang dan hati. Insang merupakan organ awal yang paling sering terkena patogen. Hal ini dikarenakan insang merupakan organ dalam yang paling sering kontak langsung dengan air dibandingkan dengan organ dalam lainnya. Organ hati merupakan organ yang paling banyak mengakumulasi zat toksik yang  masuk dalam tubuh sehingga dapat dengan mudah terkena efek toksik. Adanya zat toksik dalam hati maka dapat mempengaruhi struktur histologi hati. Sehingga untuk menganalisa histologi ikan dapat dimulai dari dua organ insang dan hati terlebih dahulu.





DAFTAR PUSTAKA
Alifia F. dan M.Iqbal Djawad. 2000. Kondisi Histologi Insang dan Organ Dalam Juvenil Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forskall) yang Tercemar Logam Timbal (Pb). Science and Technology. [Jurnal].

Hidayati, Dewi. 2009. Aplikasi Fitoremediasi Polutan dengan Kiambang (Salvinia molesta) dan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) pada Air Tercemar Lumpur Lapindo dan Uji Biologis Sebagai Media Pemeliharaan Bandeng (Chanos chanos). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. ITS. [skripsi].

Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Setyowaty A., D. Hidayati, Awik P.D.N., dan Nurlita A. 2011. Studi Histopatologi Hati Ikan Belanak (Mugil cephalus ) di Muara Sungai Aloo Sidoarjo. Program Studi FMIPA. ITS. [skripsi].

Subandiyono dan S. Hastuti. 2010. Nutri Ikan. Tim Pengajar Nutrisi Ikan FPIK. Universitas Diponegoro.